Kamis, 30 Juni 2016

Materi Belajar dan Pembelajaran

BAB II
PEMBAHASAN
1.       HAKIKAT BELAJAR DAN PEMBELAJARAN
A.        PENGERTIAN BELAJAR
            Belajar menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah berusaha memperoleh kepandaian atau ilmu, berlatih, berubah tingkh laku atau tanggapan yang disebabkan oleh pengalaman.
            Teori belajar behavioristik mendefinisikan bahwa belajar merupakan perubahan perilaku, khususnya perubahan kapasitas siswa untuk berperilaku (yang baru) sebagai hasil belajar, bukan sebagai hasil proses pematangan (atau pendewasaan) semata.
            Gagne mendefinisikan pengertian belajar secara formal bahwa “Belajar adalah seperangkat proses kognitif yang mengubah sifat stimulus dari lingkungan menjadi beberapa tahap pengolahan informasi yang diperlukan untuk memperoleh kapasitas yang baru”. (Margaret G. Bell 117-129).
            Abdillah (2002) dalam Aunurrahman (2010:35) menyimpulkan bahwa “Belajar adalah suatu usaha sadar yang dilakukan oleh individu dalam perubahan tingkah laku baik melalui latihan dan pengalaman yang menyangkut aspek-aspek kognitif, afektif, dan psikomorik untuk memperoleh tujuan tertentu.
            Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa belajar adalah perubahan tingkah laku sebagai rangkaian kegiatan jiwa raga dalam menuju perkembangan pribadi manusia seutuhnya.
B.        PENGERTIAN PEMBELAJARAN
            Darsono (2002:24-25) secara umum menjelaskan pengertian pembelajaran sebagai “suatu kegiatan yang dilakukan oleh guru sedemikian rupa sehungga tingkah laku siswa berubah ke arah yang lebih baik”.

            Teori kognitif, menjelaskan pengertian pembelajaran sebagai usaha guru untuk memberikan kesempatan kepada siswa untuk berfikir agar dapat mengenal dan memehami apa yang sedang dipelajarinya.
            Teori Gestalt, menguraikan bahwa pembelajaran merupakan usaha guru untuk memberikan materi pembelajaran sedemikian rupa, sehingga siswa lebih mudah mengorgnisirnya (mengatur) menjadisuatu pola bermakna.
            Menurut Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 tahun 2003 menyatakan bahwa “Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar”.
            Dari berbagai pendapat diatas, maka dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa pembelajaran merupakan suatu proses interaksi guru dalam mengajar siswa sehingga siswa dapat menerima materi pelajaran yang diajarkan secara sistematis agar mencapai tujuan yang diinginkan.

2.       PEMBELAJARAN SEBAGAI SUATU SISTEM
            Pembelajaran sebagai suatu sistem terdiri dari sejumlah komponen-komponen yang terorganisir didalamnya antara lain:
2.1. Tujuan Pembelajaran
          Magner (1962) mendefinisikan tujuan pembelajaran sebagai tujuan perilaku yang hendak dicapai atau yang dapat dikerjakan oleh peserta didik sesuai kompetensi.
          Tujuan pembelajaran adalah perilaku hasil belajar yang diharapkan terjadi, dimiliki, atau dikuasai oleh peserta didik setelah mengikuti kegiatan pembelajaran tertentu.
2.2. Materi dan Bahan Ajar
          Materi dan bahan ajar adalah seperangkat pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang harus dipelajari siswa dalam rangka mencapai standar kompetensi yang telah ditentukan.
          Bahan ajar adalah seperangkat materi/substansi pembelajaran yang disusun secara sistematis, menampilkan sosok utuh dari kompetensi yang akan dikuasai siswa dalam kegiatan pembelajaran. pada dasarnya berisi tentang pengetahuan, nilai, sikap, tindakan, dan keterampilan yang berisi pesan, informasi, dan ilustrasi berupa fakta, konsep, prinsip, dan proses yang terkait dengan pokok bahasa tertentu yang diarahkan untuk mencapai tujuan pembelajaran. 
2.3. Strategi dan Metode Pembelajaran
          Kemp (1995), strategi pembelajaran adalah suatu kegiatan pembelajaran yang harus dikerjakan guru dan siswa agar tujuan pembelajaran dapat dicapai secara efektif dan efisien.
          Strategi pembelajaran dapat diartikan sebagai perencanaan yang berisi tentang rangkaian kegiatan yang didesain untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu.
          Metode pembelajaran dapat diartikan sebagai cara yang digunakan untuk mengimplementasikan rencana yang telah disusun dalam bentuk kegiatan nyata dan praktis untuk mencapai tujuan pembelajaran. terdapat beberapa metode yang dapat digunakan untuk mengimplementasikan strategi pembelajaran, diantaranya metode ceramah, metode diskusi, metode demonstrasi,  metode eksperimental dan lain-lain
2.4. Media Pembelajaran
          Media pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat menyalurkan pesan, dapat merangsang pikiran, perasaan, dan kemauan peserta didiksehingga dapat mendorong terciptanya proses belajar pada diri peserta didik.
          Menurut Briggs (1977), media pembelajaran adalah sarana fisik untuk menyampaikan isi/materi pembelajaran, seperti: buku, film, dan sebagainya.

2.5. Evaluasi
          Evaluasi adalah kegiatan mengumpulkan data seluas-luasnya, sedalam-dalamnya yang bersangkutan dengan kapabilitas siswa, guna mengetahui sebab-akibat dan hasil belajar siswa yang dapat mendorong dan mengembangkan kemampuan belajar.
2.6. Tindak Lanjut
          Tindak lanjut adalah kegiatan untuk mengoptimalkan hasil belajar siswa. Beberapa kegiatan yang dapat dilakukan  guru dalam kegiatan tindak lanjut.
                              1)            Memberikan tugas atau latihan yang harus dikerjakan di rumah.
                              2)            Membahas kembali materi pelajaran yang belum dikuasai siswa.
                              3)            Membaca materi dari sumber lain.
                              4)            Memberikan motivasi atay bimbingan belajar
                              5)            Menginformasikan topik yang akan dibahas pada pertemuan berikutnya.

3.       PEMBELAJARAN SEBAGAI SUATU PROSES
3.1. Kegiatan awal
          Kegiatan awal merupakan bagian integral yang tidak dapat dipisahkan dengan komponen-komponen pembelajaran lainnya. Fungsi kegiatan awal adalah untuk menciptakan suasana awal pembelajaran yang efektif yang memungkinkan siswa dapat mengikuti proses pembelajaran dengan baik.
3.2. Inti pembelajaran
          Kegiatan inti merupakan proses pembelajaranuntuk mencapai kompetensi dasar. Kegiatan pembelajaran dilakukan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik. Kegiatan ini dilakukan secara sistematis dan sistemik melalui proses eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi.
3.3. Penutup
          Kegiatan akhir pembelajaran tidak hanya diartikan sebagai kegiatan penutup pembelajaran, tetapi lebih untuk mengetahui penguasaan siswa terhadap kompetensi dan usaha pemantapan penguasaan kompetensi yang diharapkan. Dengan melakukannya diharapkan guru dapat mengetahui yang sudah ada atau dikuasai oleh siswa. Kegiatan ini biasa meninjau penguasaan siswa dan pemberian tes, baik secara lisan maupin tulisan.

4.       LANDASAN FILOSOFIS BELAJAR DAN PEMBELAJARAN
4.1. Teori Behaviorisme
          Teori Belajar behavioristik adalah teori belajar yang menekankan pada tingkah laku manusia sebagai akibat dari interaksi antara stimulus dan respon. Teori Behavioristik merupakan sebuah teori yang dicetuskan oleh Gage dan Berliner. Kemudian teori ini berkembang menjadi aliran psikologi belajar yang berpengaruh terhadap pengembangan teori pendidikan dan pembelajaran yang dikenal sebagai aliran behavioristik. Aliran ini menekankan pada terbentuknya perilaku yang tampak sebagai hasil belajar.  Teori behavioristik dengan model hubungan stimulus-responnya, mendudukkan orang yang belajar sebagai individu yang pasif. Respon atau perilaku tertentu dengan menggunakan metode pelatihan atau pembiasaan semata. Munculnya perilaku akan semakin kuat bila diberikan penguatan dan akan menghilang bila dikenai hukuman. Seseorang dianggap telah belajar sesuatu jika dia dapat menunjukkan perubahan perilakunya. Menurut teori ini dalam belajar yang penting adalah input yang berupa stimulus dan output yang berupa respon. Stimulus adalah segala hal yang diberikan oleh guru kepada pelajar, sedangkan respon berupa reaksi atau tanggapan pelajar terhadap stimulus yang diberikan oleh guru tersebut. Proses yang terjadi antara stimulus dan respon tidak dapat diamati dan tidak dapat diukur. Yang dapat diamati adalah stimulus dan respon. Oleh karena itu sesuatu yang diberikan oleh guru (stimulus) dan sesuatu yang diterima oleh pelajar (respon) harus dapat diamati dan diukur. Teori ini mengutamakan pengukuran, sebab pengukuran merupakan suatu hal penting untuk melihat perubahan tingkah laku tersebut terjadi atau tidak.
Teori Belajar yang Berpijak pada Pandangan Behaviorisme
          Behaviarisme merupaka salah satu pendekatan untuk memahami perilaku individu baik, verbal maupun non verbal yang dapat diobservasi secara langsung dengan menggunakan metode pelatihan, pembiasaan dan pengalaman. Pandangan ini menekankan bahwa perilaku harus dapat dijelaskan dengan pengalaman-penglaman yang  terobservasi , bukan oleh proses mental. Jadi, beristiwa belajar berarti untuk melatih reflex-refleks sedemikian rupa sehingga menjadi kebiasan yang dikuasai individu. Teori ini tidak menjelaskan alasan-alasan yang mengacaukan hubungan antara stimulus dan respon, hal ini tidak dapat menjawab hal-hal yang menyebabkan terjadinya penyimpangan antara stimulus yang diberikan dengan responnya.
          Teori behaviorisme dengan model hubungan stimulus-respon,mendudukan orang yang belajar sebagai individu yang pasif. Teori behaviorisme sering kali tidak dapat menjelaskan situasi belajar yang kompleks, padahal banyak variable atau hal-hal yang berkaitan dengan belajar yang tidak hanya sekedar hubungan stimulus dan respon. Ciri teori ini mengutamakan unsur-unsur dan bagian kecil, bersifat mekanistik,menekankankan peranan lingkungan, mementingkan pembentukan reaksi atau respon, menekankan pentingnya latihan, mementingkan mekanisme  hasil belajar, mementingkan peranan kemampuan dan hasil belajar yang diperoleh adalah munculnya perilaku yang diinginkan. Teori belajar behaviorisme ini lebih menekankan pada tingkah laku manusia dan memandang individu sebagai makhluk relatif yang memberi respon terhadap lingkungan.pengalaman dan latihan akan membentuk perilaku mereka.
          Faktor lain yang dianggap penting oleh aliran behaviorisme adalah faktor penguatan (reinforcement) dan hukuman (punishment). Jika penguatan ditambah (positive reinforcement), respon yang diharapkan akan semakin kuat. Jika penguatan dikurangi/dihilangkan (negative/reinforcement), respon akan semakin kuat. Jika hukuman diberikan, respon yang diharapkan akan semakin kuat dan respon yang tidak diharapkan akan semakin menghilang. Tokoh penting dalam teori belajar behaviorisme secara teoritik antara lain adalah : Pavlov.Skinner, E.L.Thorndke, dan E.R.Guthrie.
4.2. Teori Konstruktivisme
Menurut paham konstruktivisme, ilmu pengetahuan sekolah tidak dipindahkan dari guru kepadamurid dalam bentuk yang serba sempurna. Murid perlu membina sesuatu pengetahuan mengikutipengalaman masing-masing. Pembelajaran adalah hasil daripada usaha murid itu sendiri dan guru tidak boleh belajar untuk murid. Blok binaan asas bagi ilmu pengetahuan sekolah ialah satu skema yaitu aktivitas mental yang digunakan oleh murid sebagai bahan mentah bagi proses renungan dan pengabstrakan. Murid tidak akan berpikir untuk menghadapi realita yang berwujud asing disekitarnya. Realita yang diketahui murid adalah realita yang dibina sendiri. Murid sebenarnya telah mempunyai satu set ide dan pengalaman yang membentuk struktur kognitif terhadap lingkungan sekitar mereka.Untuk membantu murid membina konsep atau pengetahuan baru, guru harus mengambil struktur kognitif yang ada pada mereka. Apabila maklumat baru telah disesuaikan dan diserap untuk dijadikan sebagian pegangan kuat mereka, barulah kerangka baru tentang suatu bentuk ilmu pengetahuan dapat dibina.
Tokoh-Tokoh Dalam Teori Kontruktivisme
1.  Jean Piaget
          Salah satu teori atau pandangan yang sangat terkenal berkaitan dengan teori belajar konstruktivisme adalah teori perkembangan mental Piaget. Teori ini biasa juga disebut teori perkembangan intelektual. Teori belajar tersebut berkenaan dengan kesiapan anak untuk belajar, yang dikemas dalam tahap perkembangan intelektual dari lahir hingga dewasa. Setiap tahap perkembangan intelektual yang dimaksud dilengkapi dengan ciri-ciri tertentu dalam mengkonstruksi ilmu pengetahuan. Misalnya, pada tahap sensori motor anak berpikir melalui gerakan atau perbuatan.
          Selanjutnya, Piaget yang dikenal sebagai konstruktivis pertama yang menegaskan bahwa pengetahuan tersebut dibangun dalam pikiran anak melalui asimilasi dan akomodasi. Asimilasi adalah penyerapan informasi baru dalam pikiran. Sedangkan, akomodasi adalah menyusun kembali struktur pikiran karena adanya informasi baru, sehingga informasi tersebut mempunyai tempat. Pengertian tentang akomodasi yang lain adalah proses mental yang meliputi pembentukan skema baru yang cocok dengan rangsangan baru atau memodifikasi skema yang sudah ada sehingga cocok dengan rangsangan.
          Lebih jauh Piaget mengemukakan bahwa pengetahuan tidak diperoleh secara pasif oleh seseorang, melainkan melalui tindakan. Bahkan, perkembangan kognitif anak bergantung pada seberapa jauh mereka aktif memanipulasi dan berinteraksi dengan lingkungannya. Sedangkan, perkembangan kognitif itu sendiri merupakan proses berkesinambungan tentang keadaan ketidak-seimbangan dan keadaan keseimbangan. Dari pandangan Piaget tentang tahap perkembangan kognitif anak dapat dipahami bahwa pada tahap tertentu cara maupun kemampuan anak mengkonstruksi ilmu berbeda-beda berdasarkan kematangan intelektual anak.
          Berkaitan dengan anak dan lingkungan belajarnya menurut pandangan konstruktivisme, Driver dan Bell mengajukan karakteristik sebagai berikut:
1)      Siswa tidak dipandang sebagai sesuatu yang pasif melainkan memiliki tujuan,
2)      Belajar mempertimbangkan seoptimal mungkin proses keterlibatan siswa,
3)      Pengetahuan bukan sesuatu yang datang dari luar melainkan dikonstruksi secara personal,
4)      Pembelajaran bukanlah transmisi pengetahuan, melainkan melibatkan pengaturan situasi kelas,
5)      Kurikulum bukanlah sekedar dipelajari, melainkan seperangkat pembelajaran, materi, dan sumber.
          Pandangan tentang anak dari kalangan konstruktivistik yang lebih mutakhir yang dikembangkan dari teori belajar kognitif Piaget menyatakan bahwa ilmu pengetahuan dibangun dalam pikiran seorang anak dengan kegiatan asimilasi dan akomodasi sesuai dengan skema yang dimilikinya. Belajar merupakan proses aktif untuk mengembangkan skemata sehingga pengetahuan terkait bagaikan jaring laba-laba dan bukan sekedar tersusun secara hirarkis.
          Dari pengertian di atas, dapat dipahami bahwa belajar adalah suatu aktivitas yang berlangsung secara interaktif antara faktor intern pada diri pebelajar dengan faktor ekstern atau lingkungan, sehingga melahirkan perubahan tingkah laku.
          Berikut adalah tiga dalil pokok Piaget dalam kaitannya dengan tahap perkembangan intelektual atau tahap perkembangan kognitif atau biasa juga disebut tahap perkembagan mental. Ruseffendi (1988: 133) mengemukakan;
a.       perkembangan intelektual terjadi melalui tahap-tahap beruntun yang selalu terjadi dengan urutan yang sama. Maksudnya, setiap manusia akan mengalami urutan-urutan tersebut dan dengan urutan yang sama,
b.      tahap-tahap tersebut didefinisikan sebagai suatu cluster dari operasi mental (pengurutan, pengekalan, pengelompokan, pembuatan hipotesis dan penarikan kesimpulan) yang menunjukkan adanya tingkah laku intelektual dan
c.       gerak melalui tahap-tahap tersebut dilengkapi oleh keseimbangan (equilibration), proses pengembangan yang menguraikan tentang interaksi antara pengalaman (asimilasi) dan struktur kognitif yang timbul (akomodasi).
2.      Vygotsky
          Berbeda dengan kontruktivisme kognitif ala Piaget, konstruktivisme sosial yang dikembangkan oleh Vigotsky adalah bahwa belajar bagi anak dilakukan dalam interaksi dengan lingkungan sosial maupun fisik. Penemuan atau discovery dalam belajar lebih mudah diperoleh dalam konteks sosial budaya seseorang. Dalam penjelasan lain mengatakan bahwa inti konstruktivis Vigotsky adalah interaksi antara aspek internal dan ekternal yang penekanannya pada lingkungan sosial dalam belajar.
          Beberapa ahli konstruktivisme yang terkemuka berpendapat bahwa pembelajaran yang bermakna itu bermula dengan pengetahuan atau pengalaman sedia ada murid. Rutherford dan Ahlgren berpendapat bahawa murid mempunyai ide mereka sendiri tentang hampir semua perkara, di mana ada yang betul dan ada yang salah. Jika kepahaman dan miskonsepsi ini diabaikan atau tidak ditangani dengan baik, kepahaman atau kepercayaan asal mereka itu akan tetap kekal walaupun dalam pemeriksaan mereka mungkin memberi jawaban seperti yang dikehendaki oleh guru.
          John Dewey menguatkan lagi teori konstruktivisme ini mengatakan bahawa pendidik yang cekap harus melaksanakan pengajaran dan pembelajaran sebagai proses menyusun atau membina pengalaman secara berterusan. Beliau juga menekankan kepentingan penyertaan murid di dalam setiap aktivitas pengajaran dan pembelajaran.

          Dari persepektif epistemologi yang disarankan dalam konstruktivisme fungsi guru akan berubah. Perubahan akan berlaku dalam teknik pengajaran dan pembelajaran, penilaian, penyelidikan dan cara melaksanakan kurikulum. Sebagai contoh, perspektif ini akan mengubah kaedah pengajaran dan pembelajaran yang menumpu kepada kejayaan murid meniru dengan tepat apa saja yang disampaikan oleh guru kepada kaedah pengajaran dan pembelajaran yang menumpu kepada kejayaan murid membina skema pengkonsepan berdasarkan kepada pengalaman yang aktif. Ia juga akan mengubah tumpuan penyelidikan daripada pembinaan model daripada kaca mata guru kepada pembelajaran sesuatu konsep daripada kaca mata murid.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar